A. ALLPORT – ciri-ciri kepribadian
yang matang.
1. Perluasan Perasaan
Diri.
ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri hanya berpusat pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, maka dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup dengan berinteraksi dengan sesuatu atau seorang di luar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalm beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Oran harus meluaskan diri ke dalam aktifitas.
kita mengetahui bahwa ada kemugnkinan mengerjakan sesuatu secara akti (seperti suatu kursu perguruan tinggi atau suatu pekerjaan) tanpa merasakan suatu keterlibatan pribadi yang otentik atau perasaan partisipasi. Dalam pandangan Allport, suatu aktifitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti seusatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak, maka anda sorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda dari pada pendapatan yang diperoleh; aktivitas itu memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain juga.
semakin orang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan persamaan diri.
ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri hanya berpusat pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, maka dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup dengan berinteraksi dengan sesuatu atau seorang di luar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalm beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Oran harus meluaskan diri ke dalam aktifitas.
kita mengetahui bahwa ada kemugnkinan mengerjakan sesuatu secara akti (seperti suatu kursu perguruan tinggi atau suatu pekerjaan) tanpa merasakan suatu keterlibatan pribadi yang otentik atau perasaan partisipasi. Dalam pandangan Allport, suatu aktifitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti seusatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak, maka anda sorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda dari pada pendapatan yang diperoleh; aktivitas itu memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain juga.
semakin orang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan persamaan diri.
2. Hubungan Diri yang
Hangat dengan Orang-orang Lain.
Allport membedakan 2 macam kehangat dalam hubungan dengan orang lain; kapasitas untuk keintiman dan kapastias untuk perasaan terharu.
Allport membedakan 2 macam kehangat dalam hubungan dengan orang lain; kapasitas untuk keintiman dan kapastias untuk perasaan terharu.
- kapasitas untuk
keintiman;
orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
- perasaan terharu;
tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
3. Keamanan Emosional.
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa
kualitas; kualitas pertama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang
sehat mampu menerima dari semua segi dari ada mereka, termasuk
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan-kekurangan tersebut. Misalnya,
orang-orang yang matang dapat menerima dorongan seks mereka tanpa menjadi
terlalu sopan atau tertekan seperti apa yang dapat terjadi dengan orang-orang
yang neurotis. Orang-orang yang sehat mampu hidup dengan ini dan segi-segi lain
dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan
masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka
berusaha memperbaiki diri mereka.
Kualitas lain dari keamanan emosional adalah apa yang
disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana
seseorang bereakasi terhadap tekanan dan
terhadap hambatan dari kemauan-keamuan dan keinginan-keinginan.
4. Persepsi Realistis.
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang
neurotis kerap kali harus merubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan,
dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri.
Orang-orang yang sehat tidak perlu
percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau
semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realtias. Mereka
menerima realitas sebagaimana adanya.
5.
Keterampilan-keterampilan dan tugas tugas.
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perluanya
menenggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan
perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat
kemampuan. Teteapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang
relevan; kita harus menggunakan keterampulan-keterampilan itu secara ikhlas,
antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengutip apa yang dikatakan oleh Harvey Cushing ahli bedah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Allport mengutip apa yang dikatakan oleh Harvey Cushing ahli bedah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.
6.Pemahaman Diri.
Kriterium ini terkandung dalam petunjuk lama “kenallah dirimu”
tentu merupakan suatu tugas yang sangat sulit. Usaha untuk mengetahui diri
secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti,
tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) tertentu dalam
setiap usia. Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang
lebih tinggi dari pada orang-orang yang neurotis.
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau
wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang
negative kepada orang lain. Orang itu akan menjadi hakim yang seksama terhadap
orang-orang lain, dan biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang
lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang
lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang yang memiliki wawasan diri yang
kurang.
7. filsafat hidup yang
mempersatukan.
Orang-orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh
tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai
suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai. Sebagai
batu sendi kehidupan mereka, dan ini member kuntinuitas bagi kepribadian
mereka.
Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih kelihatan pada
kepribadian-kepribadian yang sehat daripada orang-orang yang neurotis. Arah itu
membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan (rangkaian
tujuan) serta memberikan orang itu suatu alas an untuk hidup. Kita membutuhkan
tarikan yang tetap dari tujuan-tujuan yang berarti; tanpa tujuan-tujuan itu
kita mungkin akan mengalami masalah-masalah kepribadian yang sehat tanpa
aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan.
Mungkin kerangka untuk
tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan –tujuan) adalah sangat
penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang
individu dapat memilih di antara berbagai nila-nilai dan nilai-nilai itu
mungkin berhubungan dengan diri sendiri (seperti kebanggan atas hasil dari
pekerjaan yang dilakukan individu) atau mungkin nilai-nilai itu luas dan
dimiliki oleh banyak orang lain (seperti patriotisme).
B. ROGERS - PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Perkembangan “Diri”
Dalam masa kecil anak mulai membedakan, atau memisahkan
salah satu segi pengalamannya dari lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu
digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak
itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau
bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan
diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa
dia dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri”.
Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah
dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang didapat anak itu
dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga
membutuhkan cinta. Rogers ,enyebut kebutuhan ini “penghergaan positif”
(positive regard)
Positive regard, sautu kebutuhan yang memaksa dan merembes,
dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positice regard.
Akan teteapi tidak setiap anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhna
ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan pesetujuan orang
lain, teteapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat kasih
sayang. Apakah anak itu akan tumbuh menjadi sautukepribadian yang sehat
tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan
dengan baik.
Self-concept yang berkembang dari anak itu sangat
dipengaruhi oleh ibu. Bagaimana kalu dia tidak memberikan positive regard bagi
anak? Bagaimana kalu dia mencela dan menolak tingkah laku anaknya? Anak itu
mengamati suatu celaan (meskipun celaan hanya berfokus pada salah satu segi
tingkah laku) sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi
adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai
merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.
Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya
dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa
kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuta, makin
lama makin mengerahkan energy dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk
positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut
Rogers “penghargaan postitif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih
sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya
yangbaik. Karena anak mengembangkan contional positive regard maka dia
mgninternalisasikan sika-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil
alih oleh anak itu dan iterapkan kepad dirinya.
C.
MASLOW – Hirarki kebutuhan manusia (Aktualisasi Diri)
“Metamotivation”
: apakah yang mendorong orang-orang mengaktualisasikan diri?
Maslow menyebutkan teori tentang : dorongan karena pertumbuhan atau metamotivation (juga disebut being atau b-motivation). Awalan “meta” berarti sudah atau melampaui, dan metamotivation berarti bergerak melampaui ide rasional tentang dorongan. Secara paradox, kata ini tampaknya berarti suatu keadaan dimana dorongan sama sekali tidak berperan. Maslow menulis, “motif paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”. Dengan kata lain, orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak berjuang, tetapi mereka berkembang.
Maslow menyebutkan teori tentang : dorongan karena pertumbuhan atau metamotivation (juga disebut being atau b-motivation). Awalan “meta” berarti sudah atau melampaui, dan metamotivation berarti bergerak melampaui ide rasional tentang dorongan. Secara paradox, kata ini tampaknya berarti suatu keadaan dimana dorongan sama sekali tidak berperan. Maslow menulis, “motif paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”. Dengan kata lain, orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak berjuang, tetapi mereka berkembang.
Maslow membicarakan
sejumlah sifat khusus yang menggambarkan penhgaktualisasi-pengaktualisasi diri:
1. Mengamati realitas secara efisien
2. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
3. Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
4. Fokus pada masalah-masalah diluar diri mereka
5. Kebutuhan akan privasi dan independensi
6. Berfungsi secara otonom
7. Apresiasi yang senantiasa segar
8. Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”
9. Minat sosial
10. Hubungan antarpribadi
11. Struktur watak demokratis
12. Perbedaan antara saran dan tujuan, antara baik dan buruk
13. Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
14. Kreativitas
15. Resistensi terhadap inkulturasi
1. Mengamati realitas secara efisien
2. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
3. Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
4. Fokus pada masalah-masalah diluar diri mereka
5. Kebutuhan akan privasi dan independensi
6. Berfungsi secara otonom
7. Apresiasi yang senantiasa segar
8. Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”
9. Minat sosial
10. Hubungan antarpribadi
11. Struktur watak demokratis
12. Perbedaan antara saran dan tujuan, antara baik dan buruk
13. Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
14. Kreativitas
15. Resistensi terhadap inkulturasi
D.
ERIC FROMM – Ciri-ciri kepribadian sehat.
Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian
yang sehat. Orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki
kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri
secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berukuran dengan
dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri atau nasib, dan bebas dari
ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat ;
orientasi produktif, yakni
suatu konsep yang serupa dari kepribadian yang matang dari Allport, dan orang
yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan
yang sangat penuh atau realisasi dari
potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukan bahwa
kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua
segi kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap
orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri.
Menjadi produktif berarti orang menggunakan tenaga dan
potensinya. Kata “produktif” mungkin menyesatkan karena kita cenderung
memikirkan kata itu dalam pengertian menghasilkan sesuatu seperti barang-barang
material, karya-karya seni atau ide-ide. Fromm mengartikan kata itu jauh lebih
luas dari pada ini.
Cinta yang produktif, adalah
sautu hubungan manusia yang bebas dan sederajat di mana partner-partner dapat
memperthanakan individualitas mereka
Pikiran yang produktif,
meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikiran produktif didorong oleh
oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran
Kebahagiaan, merupaka
suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi
produktif; kebahagiaan itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Kebahagiaan
bukan semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga
suatu kondisi yang meningkatkan seluruh organism, menghasilkan penambahan gaya
hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-potensi seseorang.
REFERENSI :
Schultz, duane. Psikologi pertumbuhan: model-model
kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar