Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti
di perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai
seperti perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma.
Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa
akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas,
menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat
untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku,
baik secara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ),
yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam
cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi
tidak terjadi.
Proses
penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam
kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan
suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia
diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan
sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas
baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome.
Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya
sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah
kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan
adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama
manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami
maladjustment yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang
menyimpang yang tidak berlaku di lingkungan tersebut.
Penyesuaian
diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan
diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif
adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas
penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat
atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya
perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa
naik dan turun dalam penyesuaian diri.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada
penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri
sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari siapa
dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak
adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa
cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya.
Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi,
kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya dan
dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap
iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam lingkup sosial
(masyarakat) terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih
berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah
laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan
hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini
dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi
dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum.
Apa
yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan
masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial
yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial
dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu
dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan
peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial
individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan
tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa
sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua
penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu dapat menyesuaikan diri
dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang tidak sesuai dengan
peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan tersebut.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri yang baik ialah satu hal yang selalu ingin diraih setiap orang,
tapi untuk itu sangat sulit tercapai apalagi saat dewasa ini yang banyak
begitu tuntutan dan permasalahan baru yang terjadi kecuali bila
kehidupan orang itu benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan
ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk
menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi
kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa
senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Di
bawah ini ada 3 lingkungan yang dapat membentuk penyesuaian diri
individu diantaranya lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.
a. Lingkungan Keluarga
Semua
konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila
individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta,
respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan
menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa
kehidupannya berarti.
Rasa
dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi
perkembangan jiwa seorang individu. Dalam kenyataannya banyak orang tua
yang menyadari hal tersebut namun orang tua terkadang terlalu sibuk
dengan urusannya sendiri dengan berbagai alasan ada yang beralasan
mengejar karir, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi agar keluarganya dapat
mapan dan amasa depan anak-anaknya terjamin. Namun sayangnya hal ini
seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya
tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi
berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa
kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu
dalam menyesuaikan diri di masa yang akan datang.
Lingkungan
keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan,
salah satunya kemampuan untuk penyusuaian diri terhadap lingkungan baik
secara fisiologis maupun psikologis apabila individu di ajarkan dengan
baik oleh orang tuanya maka kelak seorang individu dapat menyesuaikan
diri dengan baik dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
Dalam
keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan
dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk
menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota
keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu.
Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara
bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan
terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan.
Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang
menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu
menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal
tersebut.
Dalam
hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah
adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan,
berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih
banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan
penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau
diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan,
kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut
akan berguna bagi masa depannya.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu
pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat
diantara kawan-kawan akan membantu individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan apalagi saat individu beranjak remaja dan dengan
adanya pertemanan yang erat akan membantu dirinya dalam penerimaan
terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu
dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda
dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan
semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan
mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan
cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang
dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah
mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan
secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar,
tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan,
ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan
modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan
individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan
tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan
penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan
spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara
kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian
tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam
pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
PENGERTIAN PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia
merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila
tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan
bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang
spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian
suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui
pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap
individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian.
Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan
keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan
kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang
paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap
keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma
tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu.
Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau
sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga
mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap
individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat
memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah hal itu benar
atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam masyarakat yang
memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di
jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya
suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang
dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan
mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu
berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa
menjadi pribadi yang cuek.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu
Faktor genetik
Ø Faktor keturunan — masa konsepsi
Ø Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
Ø Menentukan
beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti
temperamen
Ø Potensi
genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan
secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
Ø Mempengaruhi
individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
Ø Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari
semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar
seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi
suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu
yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a. Aliran asosiasi
perubahan
terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau
empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan
sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri
yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi gestalt
pertumbuhan
adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam
mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal
bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan
adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula
asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar
bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
http://smileandsprit.blogspot.com/2011/03/penyesuaian-diri-pertumbuhan-personal.html
Wexley, Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar