Jumat, 31 Mei 2013

Hubungan interpersonal

A. model-model hubungan interpersonal
1.Hubungan interpersonal  itu dimana kertika kita berkomunikasi.kita bukan hanya menyampaikan isi  pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpesonalnya .jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan conten aja melainkan relationship.
Dari segi psikologi menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal  makin tebuka seseorang mengungkapkan  dirinya
Ada beberapa teori tentang hubungan interpersonal :
1 model pertukaran social
2.model peran
3.model intreraksional
Yang pertama ada
model perukan pertukaran social 
apah si model pertukaran social itu ?
Model pertukaran social ini memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang .seseorang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang
diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
 Contoh Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya.
 Sedangkan
yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam
suatu hubungan.
Contoh : Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek efek
tidak menyenangkan.
Yang ke 2 ada
apa itu Model peran ?
Model peran dalam hubungan interpersonal di sini di anggap sebagi panggung sandiwara .di sini semua orang di minta buat memainkan perannya sesuai dengan naskah yang sudah di buat oleh masyarakat .
Contohnya  :  anak sekolah menjalankan perannya sebagai pelajar yang perannya adalah belajar
                      Ibu yang perannya mengurus keluarga
Hubungan interpersonal berjalan baik apabila seseorang itu menjalannkan perannya dengan baik sesuai dengan peran yang di jalankan .
Yang ke 3 ada
Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem
terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan
pelaksanaan peranan
B. Memulai hubungan.
- pembentukan kesan dan ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya suatu ketertarikan, yaitu :
  • Adanya Ketertarikan secara fisik : Ketertarikan fisik dapat berupa penampilan, seseorang yang terlihat berpenampilan bagus (good looking) akan menimbulkan adanya ketertarikan kepada orang lain, dan memulai adanya hubungan interpersonal. Dari penampilan itulah muncul penilaian individu terhadap orang lain, penilaian dilihat dari tampilan fisiknya sehingga muncul adanya ketertarikan.
  • Adanya Kesamaan : Secara naluriah setiap manusia cenderung akan menyukai orang-orang yang sama dengannya, baik itu kesamaan dari segi fisik, latar belakang, hobi, budaya, keyakinan, pandangan ideologis, agama, adat istiadat, norma, aturan, dan lain-lain. Dari kesamaan dalam berbagai hal tersebut muncul adanya suatu ketertarikan yang dapat membuat seseorang merasa nyaman dan sesuai dengan dimana tempatnya berada.
  • Adanya Perbedaan : Di sisi lain, tidak sedikit juga orang-orang yang justru menyukai adanya perbedaan, dari perbedaan tersebut mereka menemukan adanya kecocokan dan kenyamanan yang berbeda daripada orang dengan memiliki kesamaan. Mereka menganggap perbedaan adalah suatu hal yang baru dan lumrah yang patut untuk di maklumin, kemudian dari sinilah muncul adanya suatu ketertarikan.
  • Adanya Efek Timbal Balik : ketika kita menunjukkan perasaan suka dan positif kepada orang lain dan hal tersebut menimbulkan suatu respon baik bahwa orang tersebut juga suka kepada kita, maka hal tersebut dapat menimbulkan adanya ketertarikan kepada orang lain.
  • Adanya Romantic Ideals : Ketika kita memiliki gambaran/bayangan ideal tentang pasangan kita atau orang yang kita sukai maka akan menimbulkan adanya ketertarikan. Peningkatan bayangan ideal (idealisasi) dapat mempertahankan hubungan kita dengan relasi intim interpersonal, yakni dengan membuat gambaran yang melebih-lebihkan, membuat bayangan positif, sugesti diri yang positif, dan selalu memuji pasangan
C. Intimacy dan hubungan pribadi

Intimacy dan hubungan pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :
1. Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
2. Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
3. Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.
Lalu dari mana datangnya cinta ??? pertama, berasal dari persahabatan. Dalam persahabatan biasanya terjadi perubahan tidak terasa. Kedua, passionate love. Datangnya cinta pada passionate love tumbuh dengan tiba-tiba, mendadak, dan langsung  jatuh cinta. Ciri-cirinya adalah  timbulnya persaan yang menggebu, asyik dengan pasngannya, ingin selalu dekat, objek cinta dipandang sempurna, keinginan kuat untuk dibalas, dan sangta khawatir kehilangan objek cinta

D. Intimacy dan pertumbuhan
 Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwapenyesuaian diridimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Pertumbuhan Personal
Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
  
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu
Faktor genetik

  •          Faktor keturunan — masa konsepsi

  •          Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan

  •          Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen

  •          Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

Faktor eksternal / lingkungan

  •          Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan

  •          Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya 
 
sumber :
 http://novitaella.blogspot.com/2012/04/model-model-hubungan-interpersonal.html
http://nur-amalia-fpsi12.web.unair.ac.id/artikel_detail-62327-Psikologi%20Umum%20-Hubungan%20Interpersonal%20Part%201.html
http://chiyaraa.wordpress.com/2012/04/25/hubungan-interpersonal/
http://grafanny.blogspot.com/2013/03/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html

Penyesuaian diri dan pertumbuhan

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).

Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku di lingkungan tersebut.

Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.


Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.

1.  Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya dan dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.

2.  Penyesuaian Sosial 

Setiap iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Kedua penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang tidak sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan tersebut.

Pembentukan Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik ialah satu hal yang selalu ingin diraih setiap orang, tapi untuk itu sangat sulit tercapai apalagi saat dewasa ini yang banyak begitu tuntutan dan permasalahan baru yang terjadi kecuali bila kehidupan orang itu benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan  jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Di bawah ini ada 3 lingkungan yang dapat membentuk penyesuaian diri individu diantaranya lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.

a.  Lingkungan Keluarga

Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.

Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam kenyataannya banyak orang tua yang menyadari hal tersebut namun orang tua terkadang terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dengan berbagai alasan ada yang beralasan mengejar karir, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi agar keluarganya dapat mapan dan amasa depan anak-anaknya terjamin. Namun sayangnya hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di masa yang akan datang.

Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, salah satunya kemampuan untuk penyusuaian diri terhadap lingkungan baik secara fisiologis maupun psikologis apabila individu di ajarkan dengan baik oleh orang tuanya maka kelak seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.

Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan  yang mendukung hal tersebut.

Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.


b.  Lingkungan Teman Sebaya 

Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan akan membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan apalagi saat individu beranjak remaja dan dengan adanya pertemanan yang erat akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.

c.  Lingkungan Sekolah 

Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik  untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.

PENGERTIAN PERTUMBUHAN PERSONAL

Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.

Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.

Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.

 
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu

Faktor genetik

Ø  Faktor keturunan — masa konsepsi
Ø  Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
Ø  Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
Ø  Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

Faktor eksternal / lingkungan

Ø  Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
Ø  Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya 

Dari semua faktor-faktor  di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.


b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.


c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.

daftar pustaka

http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
http://smileandsprit.blogspot.com/2011/03/penyesuaian-diri-pertumbuhan-personal.html
Wexley, Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977

Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.

Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.







Senin, 29 April 2013

TULISAN 3. -PENGERTIAN DARI JENIS-JENIS COPING & JENIS COPING YANG KONSTRUKTIF DAN POSITIF (SEHAT)


Ada dua pendekatan coping atas stress yang kita hadapi :
1.     Problem-focused coping :
Yaitu kita berusaha untuk fokus menghadapi permasalahan yang membuat kita stress dan melakukan upaya terbaik agar masalah itu terpecahkan. Saat masalah telah terurai, otomatis stress hilang.

Contoh                        : Saat seorang mahasiswa mengalami penurunan pada nilainya, maka ia akan memfokuskan segala usahanya untuk menaikan nilainya kembali.

         2.   Emotion-focused coping :

Yaitu dimana kita deal dengan emosi yang dialami saat stress melanda. Kita melakukan usaha-usaha yang konstruktif untuk meregulasi emosi yang dialami karena peristiwa stressful tersebut.

Contoh                        : Saat seorang mahasiswa mengalami masalah mengenai penurunan nilainya. Maka ia akan berusaha untuk mengurangi beban pikirannya, misalnya dengan malakukan hobinya contohnya dengan bermain futsal.



REFERENSI:

Wexley, Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977

Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.

Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.

TULISAN 2. PENGERTIAN STRESS


Arti penting stress
STRESS

Stress suatu kata yang sering sekali kita dengar bahkan sering kita alami. Dewasa ini orang banyak yang mengalami stress bahkan anak kecilpun bisa mengatakan sedang mengalami stress itu semua di akibatkan dengan banyaknya permasalahan yang di alami orang-orang saat ini. Apakah sebenarnya stress tersebut. Dan memang jika tak terhindarkan tentu kita harus membekali diri agar dapat menghadapi stress secara sehat, sehingga apapun tekanan yang terjadi dalam hidup kita, walau menimbulkan stress, tidak akan mempengaruhi kesehatan jiwa kita secara buruk.

Stress adalah pengalaman emosi negative dan beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat yang disertai oleh perubahan yang dapat diperkirakan dalam hal biokimia, fisiologis, kognitif, behavorial, yang tujuannya untuk mengubah peristiwa stressful atau mengakomodasi

Penyebab dari stress yang disebut dengan istilah stressor bisa merupakan hal yang subyektif maupun obyektif. Ada peristiwa tertentu menimbulkan stress bagi seseorang namun bagi orang lain hal tersebut merupakan sesuatu peristiwa yang biasa saja dan dapat dikendalikan dengan baik. Hal yang membedakan adalah ‘persepsi’. Bagaimana setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Namun memang ada beberapa karakteristik peristiwa tertentu yang rentan menimbulkan stress yaitu :


   Peristiwa negative dalam hidup
  Peristiwa dimana kita tidak memiliki kendali
  Peristiwa dimana kita diperhadapkan pada ketidakpastian akan aturan yang ada (ambigu)
  Peristiwa dimana kita menjadi overloaded
   Peristiwa dimana hal itu berdampak pada area hidup kita yang penting

Efek” stress

Gas ( general adaptasi syndrome )

GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respon neuro-endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan , tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga. GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut : reaction (AR, reaksi cemas).
Selama tahap ini tubuh kita sadar akan penyebab ketegangan dan secara sadar atau tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kekuatan pertahanan tubuh dikerahkan dan tingkat yang normal dari perlawanan tubuh menurun. Apabila penyebab ketegangan tersebut cukup keras, tahap ini dapat mengakibatkan kematian. Contohnya adalah luka bakar yang hebat. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormon lain seperti efinefrin dan norefinefrin mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan ambilan oksigen dan memperbesar kewaspadaan mental.
Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Curah jantung, ambilan oksigen dan frekwensi pernapsan meningkat, pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar, dan frekwensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi mental ini, seseorang disipkan untuk melawan atau menghindari stressor.

TIPE” STRESS;
-TEKANAN
-FRUSTRASI
-KONFLIK
-KECEMASAN



REFERENSI:

Wexley, Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977

Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.

Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.

TULISAN 1. TEORI KEPRIBADIAN SEHAT



          A. ALLPORT – ciri-ciri kepribadian yang matang.
1. Perluasan Perasaan Diri.
          ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri hanya berpusat pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, maka dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup dengan berinteraksi dengan sesuatu atau seorang di luar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalm beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Oran harus meluaskan diri ke dalam aktifitas.
          kita mengetahui bahwa ada kemugnkinan mengerjakan sesuatu secara akti (seperti suatu kursu perguruan tinggi atau suatu pekerjaan) tanpa merasakan suatu keterlibatan pribadi yang otentik atau perasaan partisipasi. Dalam pandangan Allport, suatu aktifitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti seusatu bagi orang  itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak, maka anda sorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda dari pada pendapatan yang diperoleh; aktivitas itu memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain juga.
          semakin orang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan persamaan diri.

2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain.
          Allport membedakan 2 macam kehangat dalam hubungan dengan orang lain; kapasitas untuk keintiman dan kapastias untuk perasaan terharu.
- kapasitas untuk keintiman;
orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
- perasaan terharu;
tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.

3. Keamanan Emosional.
          Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas pertama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima dari semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan-kekurangan tersebut. Misalnya, orang-orang yang matang dapat menerima dorongan seks mereka tanpa menjadi terlalu sopan atau tertekan seperti apa yang dapat terjadi dengan orang-orang yang neurotis. Orang-orang yang sehat mampu hidup dengan ini dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka.
          Kualitas lain dari keamanan emosional adalah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana seseorang  bereakasi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan-keamuan dan keinginan-keinginan.

4. Persepsi Realistis.
          Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara  objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerap kali harus merubah realitas supaya membuatnya sesuai  dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan  mereka sendiri. Orang-orang yang sehat  tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realtias. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan-keterampilan dan tugas tugas.
          Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perluanya menenggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Teteapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang relevan; kita harus menggunakan keterampulan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengutip apa yang dikatakan oleh Harvey Cushing ahli bedah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.

6.Pemahaman Diri.
          Kriterium ini terkandung dalam petunjuk lama “kenallah dirimu” tentu merupakan suatu tugas yang sangat sulit. Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) tertentu dalam setiap usia. Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang neurotis.
          Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri   (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Orang itu akan menjadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain, dan biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.

7. filsafat hidup yang mempersatukan.
          Orang-orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai. Sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini member kuntinuitas bagi kepribadian mereka.
          Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat daripada orang-orang yang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan (rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alas an untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan-tujuan yang berarti; tanpa tujuan-tujuan itu kita mungkin akan mengalami masalah-masalah kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan.
          Mungkin kerangka untuk  tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan –tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang individu dapat memilih di antara berbagai nila-nilai dan nilai-nilai itu mungkin berhubungan dengan diri sendiri (seperti kebanggan atas hasil dari pekerjaan yang dilakukan individu) atau mungkin nilai-nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang lain (seperti patriotisme).

          B. ROGERS - PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Perkembangan “Diri”
          Dalam masa kecil anak mulai membedakan, atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri”.
          Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang didapat anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga membutuhkan cinta. Rogers ,enyebut kebutuhan ini “penghergaan positif” (positive regard)
          Positive regard, sautu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positice regard. Akan teteapi tidak setiap anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhna ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan pesetujuan orang lain, teteapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat kasih sayang. Apakah anak itu akan tumbuh menjadi sautukepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.
          Self-concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruhi oleh ibu. Bagaimana kalu dia tidak memberikan positive regard bagi anak? Bagaimana kalu dia mencela dan menolak tingkah laku anaknya? Anak itu mengamati suatu celaan (meskipun celaan hanya berfokus pada salah satu segi tingkah laku) sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.
          Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuta, makin lama makin mengerahkan energy dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri.
          Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan postitif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yangbaik. Karena anak mengembangkan contional positive regard maka dia mgninternalisasikan sika-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan iterapkan kepad dirinya.

C. MASLOW – Hirarki kebutuhan manusia (Aktualisasi Diri)
          “Metamotivation” : apakah yang mendorong orang-orang mengaktualisasikan diri?
Maslow menyebutkan teori tentang : dorongan karena pertumbuhan atau metamotivation (juga disebut being atau b-motivation). Awalan “meta” berarti sudah atau melampaui, dan metamotivation berarti bergerak melampaui ide rasional tentang dorongan. Secara paradox, kata ini tampaknya berarti suatu keadaan dimana dorongan sama sekali tidak berperan. Maslow menulis, “motif paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak berjuang”. Dengan kata lain, orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak berjuang, tetapi mereka berkembang.
Maslow membicarakan sejumlah sifat khusus yang menggambarkan penhgaktualisasi-pengaktualisasi diri:
1. Mengamati realitas secara efisien
2. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
3. Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
4. Fokus pada masalah-masalah diluar diri mereka
5. Kebutuhan akan privasi dan independensi
6. Berfungsi secara otonom
7. Apresiasi yang senantiasa segar
8. Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”
9. Minat sosial
10. Hubungan antarpribadi
11. Struktur watak demokratis
12. Perbedaan antara saran dan tujuan, antara baik dan buruk
13. Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
14. Kreativitas
15. Resistensi terhadap inkulturasi

D. ERIC FROMM – Ciri-ciri kepribadian sehat.
          Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berukuran dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri atau nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
          Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat ;
orientasi produktif,  yakni suatu konsep yang serupa dari kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi  dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukan bahwa kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri.
          Menjadi produktif berarti orang menggunakan tenaga dan potensinya. Kata “produktif” mungkin menyesatkan karena kita cenderung memikirkan kata itu dalam pengertian menghasilkan sesuatu seperti barang-barang material, karya-karya seni atau ide-ide. Fromm mengartikan kata itu jauh lebih luas dari pada ini.
Cinta yang produktif, adalah sautu hubungan manusia yang bebas dan sederajat di mana partner-partner dapat memperthanakan individualitas mereka
Pikiran yang produktif, meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikiran produktif didorong oleh oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran
Kebahagiaan, merupaka suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif; kebahagiaan itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Kebahagiaan bukan semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga suatu kondisi yang meningkatkan seluruh organism, menghasilkan penambahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-potensi seseorang.


REFERENSI :
Schultz, duane. Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.
Powered By Blogger